INILAHCOM, Jakarta - Satu lagi tokoh nasional Indonesia mendapat perhatian dari Google. Kali ini, raksasa teknologi AS tersebut menampilkan Ibu Sud sebagai tema doodle mereka.
Jika Anda mengakses Google hari ini, Sabtu, 26 Maret 2016, Anda akan langsung disambut dengan tampilan Google Doodle yang menggambarkan sosok perempuan berkaca mata tengah mengajari musik kepada sejumlah anak.
Sosok perempuan itu adalah Saridjah Niung atau lebih dikenal dengan sebutan Ibu Sud yang tepat pada hari ini berulang tahun yang ke-109. Ia adalah seorang pemusik, guru musik, pencipta lagu anak-anak, penyiar radio, dramawan, dan seniman batik Indonesia.
Lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 26 Maret 1908, nama 'Ibu Sud' ia peroleh setelah menikah dengan seorang pengusaha bernama Raden Bintang Sudibyo, yang merupakan kependekan dari 'Ibu Sudibyo'.
Ibu Sud dikenal sebagai tokoh musik tiga zaman (Belanda, Jepang, Indonesia). Kariernya di bidang musik bahkan sudah dimulai jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Suaranya pertama kali disiarkan dari radio NIROM Jakarta periode 1927-1928.
Setelah menamatkan pendidikan di Hoogere Kweek School-Bandung, Ibu Sud kemudian menjadi guru musik di HIS Petojo, HIS Jalan Kartini, dan HIS Arjuna yang masih menggunakan Bahasa Belanda (1925-1941).
Ia prihatin melihat anak-anak Indonesia yang tampak kurang gembira saat itu. Hal ini membuatnya berpikir untuk menyenangkan mereka dengan bernyanyi lagu ceria. Didorong rasa patriotisnya, ia ingin mengajar mereka untuk menyanyi dalam Bahasa Indonesia. Dari sinilah Ibu Sud mulai menciptakan lagu-lagu yang bersifat ceria dan patriotik untuk anak-anak Indonesia.
Selain mencipta lagu, Ibu Sud juga pernah menulis naskah sandiwara dan mementaskannya. Operette Balet Kanak-kanak Sumi di Gedung Kesenian Jakarta pada tahun 1955 bersama Nani Lubis Gondosaputro sebagai penata tari dan RAJ Sujasmin sebagai penata musiknya.
Saat aktif sebagai anggota organisasi Indonesia Muda tahun 1926, Ibu Soud juga membentuk grup Tonil Amatir yang dipentaskan untuk menggalang dana untuk acara penginapan mahasiswa Club Indonesia. Aktivitasnya tak hanya menonjol sebagai guru dan aktivis organisasi pemuda, tetapi juga berperan dalam berbagai siaran radio sebagai pengasuh siaran anak-anak (1927-1962).
Oleh karena reputasinya yang aktif dalam pergerakan nasional saat itu, pada tahun 1945 Ibu Sud pernah menjadi sasaran aksi penggeledahan oleh pasukan Belanda. Rumahnya di Jalan Maluku No. 36 Jakarta saat itu sudah dikepung oleh pasukan Belanda.
Namun, tetangga Ibu Sud yang seorang Belanda meyakinkan tentara bahwa mereka salah sasaran, karena profesi Ibu Sud hanyalah pencipta lagu dan suaminya hanyalah pedagang.
Walaupun selamat dari penggeledahan tersebut, Ibu Sud dan seorang pembantu tetap harus bersusah payah membuang pemancar radio gelap ke dalam sumur.
Sebagai pemusik yang mahir memainkan biola, Ibu Sud turut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama WR Supratman saat lagu itu pertama kali dikumandangkan dalam acara Sumpah Pemuda di Gedung Pemuda, pada 28 Oktober 1928.
Lagu-lagu patriotik yang diciptakannya diilhami peristiwa yang terjadi dalam acara bersejarah tersebut. Pada tahun-tahun perjuangan, Ibu Sud juga bersahabat dengan Cornel Simanjuntak, Ismail Marzuki, Kusbini, dan tokoh-tokoh nasionalis lain.
Ibu Sud juga dikenal piawai dalam seni batik. Atas karya dan pengabdiannya, ia pun menerima penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari pemerintah Indonesia dan MURI.
Banyak lagu Ibu Sud yang menjadi lagu populer abadi, beberapa di antaranya adalah Hai Becak, Burung Kutilang, dan Kupu-kupu yang Lucu. Ketika genting rumah sewaannya di Jalan Kramat, Jakarta, bocor, ia pun membuat lagu Tik Tik Bunyi Hujan.
Adapun lagu wajib nasional yang dia ciptakan adalah Berkibarlah Benderaku, Bendera Merah Putih, dan Tanah Airku.
Lagu-lagunya yang lain banyak yang juga telah menjadi populer, seperti Nenek Moyang, Lagu Gembira, Kereta Apiku, Lagu Bermain, Menanam Jagung, Pergi Belajar, Himne Kemerdekaan, dll.
Lagu-lagu Ibu Sud, menurut Pak Kasur, salah seorang rekannya yang juga tokoh pencipta lagu anak-anak, selalu mempunyai semangat patriotisme yang tinggi. Sebagai contoh, patriotisme terdengar sangat kental dalam lagu Berkibarlah Benderaku.
Lagu itu diciptakan Ibu Sud setelah melihat kegigihan Jusuf Ronodipuro, seorang pimpinan kantor RRI menjelang Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947, dimana Jusuf menolak untuk menurunkan bendera Merah Putih yang berkibar di kantor RRI, walaupun dalam ancaman senjata api pasukan Belanda.
Ibu Sud selalu menciptakan lagu khusus untuk anak-anak. Ia memperkirakan telah menciptakan lebih dari 200 lagu, walau hanya separuh yang bisa terselamatkan dan bertahan sampai sekarang.
Jauh sebelum meninggal dunia, Ibu Sud sempat mengungkapkan perasaannya yang menyayangkan bahwa lagu anak-anak sekarang telah menjadi serba komersil.
Di masa tuanya, Ibu Sud hidup ditemani cucu dan cicitnya. Ia bertekad untuk tetap mencipta lagu dan membatik tanpa mempedulikan usia. Meskipun bukan pengusaha batik, ia ingin tetap menghargai nilai seni di balik budaya nasional tersebut.
Di hari tuanya, ia juga masih gemar berolahraga, jalan kaki setiap pagi sekitar tiga kilometer. Ibu Sud tutup usia pada tahun 1993, dalam usia 85 tahun.
Google Doodle Rayakan Ultah Ibu Sud yang ke-109 Baca Berita Dari Sumber http://ift.tt/2nzHWAj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar