INILAHCOM, Chicago - Papua Nugini merupakan rumah bagi spesies buaya air tawar besar yang dikenal dengan Crocodylus novaeguineae. Spesies ini pertama kali dideskripsikan pada 1928.
Namun siapa sangka, spesies buaya air tawar di negara yang terletak di bagian timur Pulau Papua itu bukan cuma satu, tapi ada dua.
Fakta tersebut diketahui setelah para ilmuwan menaruh curiga terhadap buaya air tawar berukuran besar di sana.
Terinspirasi dari teori ilmuwan 1980-an Philip Hall yang melihat perbedaan aneh dalam perilaku bersarang dan kawin sebuah spesies, Chris Murray (asisten profesor dari Southeastern Louisiana University, AS) dan Caleb McMahan (ilmuwan dari The Field Museum di Chicago, AS) tergerak untuk meneliti ulang buaya besar di Papua Nugini.
Laporan hasil riset garapan Murray dan McMahan ini telah dipublikasikan di jurnal Copeia. Dalam riset ini, mereka memeriksa 51 tengkorak dari hewan yang sebelumnya dianggap mewakili spesies Crocodylus novaeguineae, yang disimpan di beberapa museum di seluruh AS.
Mereka kemudian memeriksa buaya yang masih hidup yang tinggal di St. Augustine Alligator Farm Zoological Park di Florida, AS, untuk melihat apakah variasi yang mereka identifikasi pada tengkorak dapat dilihat pada spesies yang masih hidup.
Hasilnya, mereka dapat melihat perbedaan nyata antara buaya dari utara dan selatan Papua Nugini.
"Kami bisa mengatakan kedua (kelompok) buaya hidup sebagai individu berbeda. Saat meneliti, kami melihat (buaya) yang ini cocok dengan kelompok yang tinggal di utara, sementara (buaya) yang itu cocok dengan buaya di selatan," ungkap McMahan, seperti dilansir IFL Science.
"Kami bahkan dapat melihat tengkorak buaya yang disimpan di museum berasal dari sungai mana. Jadi, analisis kami berhasil membedakan dari mana buaya-buaya itu berasal, dari utara atau selatan," lanjutnya.
McMahan mengatakan, buaya dari utara dan selatan berbeda secara morfologi tulang.
Sebagai contoh, buaya utara memiliki tulang rahang dan hidung yang lebih panjang dibanding buaya dari selatan Papua Nugini.
Selain tulang tengkorak, perilaku keduanya pun berbeda. Buaya betina selatan misalnya, bersarang di musim hujan dan menghasilkan lebih sedikit telur dibanding buaya utara yang bersarang saat musim kemarau.
Dari analisis dan pengamatan McMahan dan Murray, tim ilmuwan menyimpulkan bahwa kedua kelompok buaya besar Papua Nugini cukup berbeda dan secara resmi diklasifikasikan sebagai spesies berbeda.
Tim ilmuwan menamai buaya besar Papua Nugini yang tinggal di sebelah selatan sebagai Crocodylus halli untuk mengenang Philip Hall yang teorinya membantu penelitian ini.
"Yang menarik dari studi ini, kita tahu perbedaan secara morfologis dan ekologis buaya besar Papua Nugini yang dipisahkan pegunungan," jelas McMahan.
Para peneliti mengatakan bahwa temuan baru ini dapat memiliki implikasi yang signifikan bagi upaya konservasi.
Sebelumnya hanya ada 13 spesies buaya yang diketahui hidup di habitat tropis di seluruh dunia. Dan kini Crocodylus halli telah menjadi spesies yang ke-14.
Spesies baru hewan memang kerap ditemukan setiap saat di dunia. Namun, identifikasi spesies baru hewan besar, seperti buaya, adalah hal yang jarang terjadi.
"Ada spesies baru di luar sana tetapi banyak dari mereka yang ditempatkan di laci dan lemari museum, dan hanya butuh waktu untuk melihat mereka dan mencari tahu," pungkas McMahan. [ikh]
Ilmuwan Temukan Spesies Buaya Baru di Papua Nugini Baca Berita Dari Sumber https://ift.tt/2oiHsks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar