INILAHCOM, Jakarta- Vendor perangkat lunak keamanan Trend Micro menyampaikan penjelasan yang komprehensif mengenai ransomware untukmenggugah kesadaran seluruh pengguna akan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, Tak hanya itu, mereka pun menyuguhkan solusi serta langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh pengguna untuk mengatasinya.
Meskipun permasalahan ransomware bukanlah hal yang baru lagi, namun faktanya banyak pengguna yang masih saja kebobolan dan menjadi korban tanpa mereka sadari.
Banyak pengguna secara tidak sengaja telah mengunduh ransomware saat mereka melanglang di situs-situs berbahaya ataupun situs-situs yang sesungguhnya tanpa mereka sadari telah terbajak. Kemungkinan lainnya ransomware berhasil menerobos ke sistem pengguna dengan cara membonceng malware lainnya.
Menuruti ancaman penjahat dengan membayar tebusan ternyata juga tidak menjamin data dan aset digital korban yang telah mereka koyak-koyak dapat kembali seperti sedia kala.
Ransomware mulai mendapat perhatian khalayak sejak beberapa tahun belakangan. Awal mula kemunculannya sendiri mulai terendus pertama kali di Rusia antara tahun 2005-2006 dan sejak itu pula para pembuatnya telah berhasil mengantongi uang tebusan dari para korban yang tak ternilai lagi jumlahnya.
Di fase-fase awal kemunculan mereka, ransomware beraksi dengan cara membajak file-file milik pengguna dengan cara melakukan pencarian file-file dengan ekstensi tertentu, kemudian mengompresi filenya menjadi file zip, lalu menimpa ke file aslinya dengan file yang telah terkompresi tersebut yang telah dimuati ransomware.
Metode ini mulai berevolusi menjadi lebih licik lagi. Di tahun 2011, Trend Micro berhasil mencatat munculnya varian SMS ransomware di mana pengguna yang telah terinfeksi akan langsung diarahkan untuk menghubungi nomor premium yang dipakai dalam SMS ransomware tersebut tanpa mereka sadari.
Dari data yang dihimpun Trend Micro mencatat hingga lebih dari sepertiga varian ransomware yang berhasil menginfeksi pengguna berupa crypto-ransomware.
Ke depan, varian ini nampaknya akan semakin mendominasi dengan membidik dokumen perusahaan, dengan persentase 52% database file,19% SQL file,14% web pages,10% tax return files. dan Mac OS file.
Dengan semakin meningkatnya ancaman tiap tahunnya, Trend Micro menyarankan perusahaan untuk bisa memiliki pemahaman akan serangan cyber tersebut.
“Mengelola dan memberdayakan karyawan dengan pola pikir dan kecakapan teknis soal keamanan seharusnya dijadikan sebagai prioritas utama bagi perusahaan,” tutur Andreas Kagawa, Country Manager, Trend Micro Indonesia dalam acara jumpa media di Jakarta, Selasa (30/8/2016).
Andreas melanjutkan untuk bisa menghindarkan diri dengan solusi Vulnerability Protection yang merupakan bagian dari Trend Micro Smart Protection Suites.
Solusi yang dikenalkan Trend Micro ini bisa memberikan virtual patching, software keamanannya akan menutup dan mengisolasi saat program jahat seperti ransomware telah menembus sistem keamanan agar tidak menjalar ke sistem lainnya.
"Di atas server kan banyak aplikasi-aplikasi, seperti billing, POS (point of sale), dan sebagainya. Nah, karena sifatnya seperti OS, maka perlu diuji lagi compatibility-nya," kata Andreas.
Untuk perusahaan, Trend Micro juga telah menyediakan Deep Discovery, yakni sebuah solusi perlindungan menyeluruh yang mampu melindungi seluruh jaringan yang ada di perusahaan dari ransomware.
Yang ditawarkan oleh Trend Micro Deep Discovery meliputi, pemonitoran seluruh porta komunikasi, analisis malware, serta pemonitoran trafik menyeluruh di semua jaringan.
Trend Micro Deep Discovery memiliki kemampuan yang sempurna untuk mendeteksi setiap adanya ancaman di seluruh lapisan TI perusahaan, serta mampu mencegah kemungkinan ransomware masuk dan menginfeksi komputer yang ada di seluruh jaringan, serta mampu membabat habis apabila terdeteksi adanya ransomware.
Pada kesempatan yang sama, Director Trend Labs Myla Pilao menyampaikan jika Indonesia termasuk salah satu negara yang paling banyak diincar penjahat ransomware.
Pada semester pertama 2016, pihaknya juga mengklaim telah berhasil memblokir 80 juta ancaman ransomware dan mencatat hingga lebih dari sepertiga varian ransomware yang berhasil menginfeksi pengguna berupa crypto-ransomware.
Mereka juga mencatat ada peningkatan serangan berbasis ransomware sebanyak 172% dibandingkan pada tahun lalu. Terdapat pula 79 jenis ransomware baru pada periode yang sama.
"Jenis ancaman ransomware biasanya memanfaatkan kode-kode jahat yang disisipkan melalui phishing email maupun melalui beragam metode social engineering yang dirancang sedemikian licin sehingga target terpancing untuk mengklik tautan atau mengunduh file lampiran yang sudah disisipi dengan malware. Bahkan, crypto-ransomware yang semula mereka gunakan sebagai alat kejahatan kini telah berevolusi menjadi kian canggih," ujar Myla Pilao.
Untuk itu, ia juga menyarankan setiap perusahaaan memverifikasi sumber email maupun tautan di dalamnya dituntut kehati-hatian ekstra dari pengguna untuk menempuh langkah-langkah verifikasi ini. Tetaplah waspada saat mengklik tautan maupun lampiran dalam email.
"Supaya lebih yakin, verifikasi setiap email yang masuk dengan sungguh-sungguh dan siapa pengirimnya sebelum terlanjur mengklik," imbuhnya
Trend Micro Tawarkan Solusi Mudah Atasi Ransomware Baca Berita Dari Sumber http://ift.tt/2bCI7Bp